MANAJEMEN PERJALANAN & PERALATAN
Oleh : UKM Batik Adventure Politeknik Pusmanu Pekalongan
Perencanan perjalanan Hal pertama yang harus dilakukan
adalah mencari informasi. Untuk mendapatkan data-data kita dapat memperoleh
dari literatur- literatur yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita
butuhkan atau dari orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang
akan kita tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat
atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan kita
daki. Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi Perjalanan). Buatlah perencanaan
secara detail dan rinci, yang berisi tentang daerah mana yang dituju, berapa
lama kegiatan berlangsung, perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang
perlu dibawa, perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut,
serta prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP
secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum kegiatan
sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan anggota pendaki
yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan, kapan harus istirahat,
dan sebagainya.Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat
mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
■ Perlengkapan dasar perjalanan Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki,
celana, ikat pinggang, baju, topi, jas
■ hujan, dll. Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet
paper /
■ tissu, dll. Ransel / carrier.
■ Perlengkapan pembantu Kompas, senter, pisau pinggang, golok
tebas, Obat-obatan.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
•Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
•Masukkan dalam kantong plastik.
•Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya
(mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
•Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan
sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
•Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan
sedekat mungkin dengan badan / punggung.
•Buat Checklist barang barang tersebut
Pedoman Perjalanan Alam Terbuka
Untuk merencanakan suatu perjalanan ke alam bebas harus ada
persiapan dan penyusunan secara matang. Ada rumusan yang umum digunakan yaitu
4W & 1 H, yang kepanjangannya adalah Where, Who, Why, When dan How.
Berikut ini aplikasi dari rumusan tersebut
:•Where (Dimana), untuk melakukan suatu kegiatan alam kita
harus mengetahui dimana yang akan kita digunakan, misalnya: Tangkiling-Bukit
Batu-Palangkaraya.
•Who (Siapa), apakah anda akan melakukan kegiatan alam
tersebut sendiri atau dengan berkelompok. contoh: satu kelompok (25 personil)
terdiri dari 5 orang anggota penuh (panitia) dan 20 orang siswa DIKLAT
(peserta)
•Why (Mengapa), ini adalah pertanyaan yang cukup panjang
jawabannya dan bisa bermacam-macam contoh : Untuk melakukan DIKLATSAR.
•When (Kapan) waktu pelaksanaan kegiatan tersebut, berapa
lama ? contoh : 23 Februari 2005 sampai dengan 25 Februari 2005 Dari
pertanyaan-pertanyaan 4 W, maka didapat suatu gambaran sebagai berikut: pada
tanggal 23-25 Februari 2007 akan diadakan DIKLAT, yang akan dilaksanakan oleh 5
panitia dan diikuti 20 orang siswa DIKLAT. Tempat yang digunakan untuk DIKLAT
tersebut yaitu di Lompobattang-Bawakaraeng.
Untuk How [Bagaimana] merupakan suatu pembahasan yang lebih
komprehensif dari jawaban pertanyaan diatas ulasannya adalah sebagai berikut :
•Bagaimana kondisi lokasi
•Bagaimana cuaca disana
•Bagaimana perizinannya
•Bagaimana mendapatkan air
•Bagaimana pengaturan tugas panitia
•Bagaimana acara akan berlangsung
•Bagaimana materi yang disampaikan
•dan masih banyak “bagaimana ?” lagi (silahkan anda
mengembangkannya lagi)
Dari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul itulah
kita dapat menyusun rencana gegiatan yang didalamnya mencakup rincian :
1. Pemilihan medan, dengan memperhitungkan lokasi basecamp,
pembagian waktu dan sebagainya.
2. Pengurusan perizinan
3. Pembagian tugas panitia
4.Persiapan kebutuhan acara
5.Kebutuhan peralatan dan perlengkapan
6.dan lain sebagainya.
Keberhasilan suatu kegiatan di alam terbuka juga ditentukan
oleh perencanaan dan perbekalan yang tepat. Dalam merencanakan perlengkapan
perjalanan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah :
1. Mengenal jenis medan yang akan dihadapi (hutan, rawa,
tebing, dll)
2. Menentukan tujuan perjalanan (penjelajahan, latihan,
penelitian, SAR, dll)
3. Mengetahui lamanya perjalanan (misalnya 3 hari, seminggu,
sebulan, dsb)
4. Mengetahui keterbatasan kemampuan fisik untuk membawa
beban
5. Memperhatikan hal-hal khusus (misalnya : obat-obatan
tertentu)
Setelah mengetahui hal-hal tersebut, maka kita dapat
menyiapkan perlengkapan dan perbekalan yang sesuai dan selengkap mungkin,
tetapi beratnya tidak melebihi sepertiga berat badan (sekitar 15-20 kg),
walaupun ada yang mempunyai kemampuan mengangkat beban sampai 30 kg.
Dari kegiatan penjelajahan, ada beberapa jenis perjalanan
yang disesuaikan dengan medannya, yaitu :
1. Perjalanan pendakian gunung
2. Perjalanan menempuh rimba
3. Perjalanan penyusuran sungai, pantai dan rawa
4. Perjalanan penelusuran gua
5. Perjalanan pelayaran
Untuk perjalanan ilmiah dan kemanusiaan, bisa pula
dikelompokkan berdasarkan jenis medan yang dihadapi. Dari setiap kegiatan
tersebut, kita dapat mengelompokkan perlengkapannya sebagai berikut :
1. Perlengkapan dasar, meliputi :
o Perlengkapan dalam perjalanan / pergerakkan
o Perlengkapan untuk istirahat
o Perlengkapan makan dan minum
o Perlengkapan mandi
o Perlengkapan pribadi
2. Perlengkapan khusus, disesuaikan dengan perjalananan,
misalnya
o Perlengkapan penelitian (kamera, buku, dll)
o Perlengkapan penyusuran sungai (perahu, dayung, pelampung,
dll)
o Perlengkapan pendakian tebing batu (carabineer, tali,
chock, dll)
o Perlengkapan penelusuran gua (helm, headlamp/senter,
harness, sepatu karet, dll)
3. Perlengkapan tambahan Perlengkapan ini dapat dibawa atau
tergantung evaluasi yang dilakukan (misalnya : semir, kelambu, gaiter, dll).
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dalam suatu
perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan, sebaiknya dibuatkan check-list
terlebih dahulu. Perlengkapan dikelompokkan menurut jenisnya, lalu periksa lagi
mana yang perlu dibawa dan tidak. Apabila perjalanan kita lakukan dengan
berkelompok, maka check-list nya untuk perlengkapan regu dan pribadi. Dalam
perjalanan besar dan memerlukan waktu yang lama, kita perlu menentukan
perlengkapan dan perbekalan mana saja yang dibawa dari rumah atau titik
keberangktan, dan perlengkapan atau perbekalan mana saja yang bisa dibeli di
lokasi terdekat dengan tujuan perjalanan kita. Yang tidak kalah pentingnya
adalah anda akan mendapatkan point-point bagi kalkulasi biaya yang dibutuhkan
untuk melakukan kegiatan tersebut.
Packing
Sebelum melakukan kegiatan alam bebas kita biasanya
menentukan dahulu peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa, jika telah siap
semua inilah saatnya mempacking barang-barang tersebut ke dalam carier atau
backpack. Packing yang baik menjadikan perjalanan anda nyaman karena ringkas
dan tidak menyulitkan.
Prinsip dasar yang mutlak dalam mempacking adalah :
1.Pada saat back-pack dipakai beban terberat harus jatuh ke
pundak, Mengapa beban harus jatuh kepundak, ini disebabkan dalam melakukan
perjalanan [misalnya pendakian] kedua kaki kita harus dalam keadaan bebas
bergerak, jika salah mempacking barang dan beban terberat jatuh kepinggul
akibatnya adalah kaki tidak dapat bebas bergerak dan menjadi cepat lelah karena
beban backpack anda menekan pinggul belakang. Ingat : Letakkan barang yang
berat pada bagian teratas dan terdekat dengan punggung.
2.Membagi berat beban secara seimbang antara bagian kanan
dan kiri pundak Tujuannya adalah agar tidak menyiksa salah satu bagian pundak
dan memudahkan anda menjaga keseimbangan dalam menghadapi jalur berbahaya yang
membutuhkan keseimbangan seperti : meniti jembatan dari sebatang pohon,
berjalan dibibir jurang, dan keadaan lainnya.
Pertimbangan lainnya adalah sebagai berikut :
•Kelompokkan barang sesuai kegunaannya lalu tempatkan dalam
satu kantung untuk mempermudah pengorganisasiannya. Misal : alat mandi ditaruh
dalam satu kantung plastik. •Maksimalkan tempat yang ada, misalkan Nesting
(Panci Serbaguna) jangan dibiarkan kosong bagian dalamnya saat dimasukkan ke
dalam carrier, isikan bahan makanan kedalamnya, misal : beras dan telur.
•Tempatkan barang yang sering digunakan pada tempat yang
mudah dicapai pada saat diperlukan, misalnya: rain coat/jas hujan pada kantong
samping carrier.
•Hindarkan menggantungkan barang-barang diluar carrier,
karena barang diluar carrier akan mengganggu perjalanan anda akibat
tersangkut-sangkut dan berkesan berantakan, usahakan semuanya dapat dipacking
dalam carrier.
Mengenai berat maksimal yang dapat diangkat oleh anda,
sebenarnya adalah suatu angka yang relatif, patokan umum idealnya adalah 1/3
dari berat badan anda , tetapi ini kembali lagi ke kemampuan fisik setiap
individu, yang terbaik adalah dengan tidak memaksakan diri, lagi pula anda
dapat menyiasati pemilihan barang yang akan dibawa dengan selalu memilih
barang/alat yang berfungsi ganda dengan bobot yang ringan dan hanya membawa barang
yang benar-benar perlu.
Memilih dan Menempatkan Barang
Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki atau
kegiatan alam bebas selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda,
tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda
bawa, contoh : Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk
membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga
tidak memakan tempat di carrier.
Matras ; Sebisa mungkin matras disimpan didalam carrier jika
akan pergi kelokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian
baru. Banyak rekan pendaki yang lebih senang mengikatkan matras diluar, memang
kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa
bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak
tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.
Kantung Plastik ; Selalu siapkan kantung plastik didalam
carreir anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang
harus anda bawa turun, baju basah dan lain sebagainya. Gunakan selalu kantung
plastik untuk mengorganisir barang barang didalam carrier anda (dapat
dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk
mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.
Menyimpan Pakaian ;Jika anda meragukan carrier yang anda
gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda didalam kantung
plastik [dry-zax], gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab. Sebaiknya
pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak
dicampur dengan pakaian bersih.
Menyimpan Makanan ;Pada gunung-gunung tertentu (misalnya
Rinjani) usahakan makanan dibungkus dengan plastik dan ditutup rapat kemudian
dimasukkan kedalam keril, karena monyet-monyet didekat puncak / base camp
terakhir suka membongkar isi tenda untuk mencari makanan.
Menyimpan Korek Api Batangan ;Simpan korek api batangan anda
didalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.
Packing Barang / Menyusun Barang Di Carrier ;Selalu simpan
barang yang paling berat diposisi atas, gunanya agar pada saat carrier
digunakan, beban terberat berada dipundak anda dan bukan di pinggang anda
hingga memudahkan kaki melangkah.
Perlengkapan Pribadi Alam Bebas
Outdoor activity atau kegiatan alam bebas merupakan kegiatan
yang penuh resiko dan memerlukan perhitungan yang cermat. Jika salah-salah maka
bukan mustahil musibah akan mengancam setiap saat. Sebagai contoh, sebuah
referensi pernah mencatat bahwa salah satu kegiatan alam bebas yaitu rock
climbing [panjat tebing] merupakan jenis olahraga yang resiko kematiannya
merupakan peringkat ke-2 setelah olahraga balap mobil formula-1.
Tentu saja resiko tersebut terjadi apabila safety-procedure
tidak menjadi perhatian yang serius, tetapi apabila safety-procedure
diperhatikan dan sering berlatih, maka resiko tersebut dapat ditekan sampai
titik paling aman.
Perjalanan alam bebas pasti akan bersentuhan dengan cuaca,
situasi medan dan waktu yang kadang tidak bersahabat, baik malam atau siang
hari, oleh karena itu perlu dipersiapkan perlengkapan yang memadai.
Salah satu “perisai diri” ketika melakukan aktivitas alam
bebas adalah perlengkapan diri pribadi. Berikut digambarkan beberapa
perlengkapan pribadi standard.
1. Tutup kepala/topi
Untuk melindungi diri dari cuaca panas atau dingin perlu
penutup kepala. Dalam keadaan panas atau hujan, maka tutup kepala yang baik
adalah yang juga dapat melindungi kepala dan wajah sekaligus. Untuk ini pilihan
terbaik adalah topi rimba atau topi yang punya pelindung keliling. Topi pet
atau topi softball tidak direkomendasikan.
Pada cuaca dingin malam hari atau di daerah tinggi, maka
penutup kepala yang baik adlah yang dapat memberikan rasa hangat. Pilihannya
adalah balaklava atau biasa disebut kupluk.
2. Syal-slayer
Slayer atau syal bukan hanya digunakan sebagai identitas
organisasi, tetapi sebetulnya mempunyai fungsi lainnya. Syal/slayer dapat
digunakan untuk menghangatkan leher ketika cuaca dingin, dapat juga digunakan
sebagai saringan air ketika survival. Syal/slayer juga sangat berguna ketika
dalam keadaan darurat, baik digunakan untuk perban darurat atau sebagai alat
peraga darurat. Oleh karenanya disarankan menggunakan syal/slayer yang berwarna
mecolok dan terbuat dari bahan yang kuat serta dapat menyerap air namun cepat
kering.
3. Baju
Kebutuhan ini multak, tidak bisa beraktivitas tanpa baju
[bayangkan kalau tanpa ini, maka kulit akan terbakar matahari]. Baju yang baik
adalah dari bahan yang dapat menyerap keringat, tidak disarankan menggunakan
baju dari bahan nilon karena panas dan tidak dapat meyerap keringat. Baju
dengan bahan demikian biasanya adalah planel atau paling tidak kaos dari bahan
katun.Pilihan warna untuk aktivitas lapangan seperti halnya juga slayer/syal
adalah yang mencolok agar bisa terjadi keadaan darurat [misalnya hilang] dapat
dengan mudah diidentifikasi dan dikenali.
Dalam beraktivitas di alam bebas jangan pernah melupakan
baju salin/ganti, hal ini karena aktivitas lapangan akan sangat banyak
mengeluarkan energi yang membuat badan kita berkeringat. Bawalah baju salain 2
atau 3 buah.
4. Celana
Celana lapang yang baik adalah yang memnuhi syarat ringan,
mudah kering dan dapat menyerap keringat. Pemakaian bahan jeans sangat tidak
direkomendasikan karena berat dan susah kering dan membuat lecet. Celana yang
baik adalah kain dengan tenunan ripstop [bila berlubang kecil tidak merembet
atau robek memanjang]. Bila aktivitas dilakukan di daerah pantai atau perairan
juga baik bila menggunakan bahan dari parasut tipis.Selain celana panjang,
jangan lupa bahwa under-wear juga penting. jangan lupa juga untuk menyediakan
serep ganti.
5. Jaket
Salah satu perlengkapan penting dalam alam bebas adalah
jaket. Jaket digunakan untuk melindungi diri dari dingin bahkan sengatan
matahari atau hujan.Jaket yang baik adalah model larva, yaitu jaket yang
panjang sampai ke pangkal paha. Jaket ini juga biasanya dilengkapi dengan
penutup kepala [kupluk]. Akan sangat baik bila jaket yang memiliki dua lapisan
(double-layer). Lapisan dalam biasanya berbahan penghangat dan menyeyerap
keringat seperti wool atau polartex, sedang lapisan luar berfungsi menahan air
dan dingin. Kini teknologi tekstil sudah mampu memproduksi Gore-Tex bahan jaket
yang nyaman dipakai saat mendaki bahan ini memungkinkan kulit tetap bernafas,
tidak gerah mengeluarkan keringat mampu menahan angin (wind breaking) dan
resapan air hujan (water proff) sayang, bahan ini masih mahal. Yang paling baik
jaket terbuat dari bulu angsa-biasanya digunakan untuk kegiatan pendakian
gunung es].
6. Slepping bag
Istirahat adalah kebutuhan pegiat alam bebas setelah
aktivitas yang melelahkan seharian. Tempat istirahat yang ideal adalah dengan
menggunakan slepping bag [kantong tidur]. Slepping bag yang baik juga biasanya
terbuat dari dua sisi, yaitu yang dingin, licin dan tahan air satu sisi, dan
yang hangat dan tebal disisi lain. Penggunaannya sesuai dengan cuaca saat
istirahat.
7. Sepatu
Sepatu yang baik yaitu yang melindungi tapak kaki sampai
mata kaki, kulit tebal tidak mudah sobek bila kena duri. keras bagian depannya,
untuk melindungi ujung jari kaki apabila terbentur batu. bentuk sol bawahnya
dapat menggigit ke segala arah dan cukup kaku, ada lubang ventilasi bersekat
halus. Gunakan sepatu yang dapat dikencangkan dan dieratkan pemakaiannya
[menggunakan ban atau tali. Dilapangan sepatu tidak boleh longgar karena akan
menyebabkan pergesekan kaki dengan sepatu yang berakibat lecet. Penggunaan
sepatu juga harus dibarengi dengan kaos kaki. Untuk ini juga sebaiknya
disediakan kaos kaki serep bila suatu saat basah.
8. Carrier
Carrier bag atau ransel sebaiknya gunakan yang tidak terlalu
besar tetapi juga tidak terlampau kecil, artinya mampu menampung perlengkapan
dan peralatan yang dibawa. Sebaiknya jangan menggunakan carrier yang mempunyai
banyak kantong dibagian luar karena dalam keadaan tertentu ini akan menghambat
pergerakan. Gunakan carrier yang ramping walaupun agak tinggi, ini lebih baik
daripada yang gemuk tetapi rendah. Sebelum berangkat harus diperhatikan
jahitan-jahitannya, karena kerusakan pada jahitan terutama sabuk sandang akan
berakibat sangat fatal.
9. Alat masak, makan dan mandi
Perlengkapan sangat penting lainnya adalah alat masak, makan
dan mandi. Bagimanapun juga dalam kondisi lapangan kita sangat perlu untuk
menghemat aktu dan bahan masalak. Gunakan alat dari alumunium karena cepat
panas, untuk ini nesting menjadi pilihan yang sangat baik, disamping dia
ringkas dan serba guna. Juga perlu dipersiapkan alat bantu makan lainnya
(sendok, piring, dll) dan pastikan bahan bakar untuk memasak / membuat api
seperti lilin, spirtus, parafin, dll.Jangan lupa juga siapkan phiples minum
sebagai bekal perjalanan [saat ini banyak tersedia model dan jenis
phipless].Perlengkapan mandi juga sangat penting karena tidak jarang perjalanan
dilakukan berhari-hari dengan tubuh penuh keringat. Bawalah alat mandi seperti
sabun yang berkemasan tube agar mudah disimpan dan tidak perlu membuang sampah
bungkusan disembarang tempat.
10. Obat-obatan dan Survival Kits
Perlengkapan pribadi lainnya yang sangat penting adalah obat-obatan,
apalagi kalau pegiat mempunyai penyakit khusus tertentu seperti asma. Disamping
obat-obatan juga setidaknya mempunyai kelengkapan survival kits.
Perencanaan Perbekalan
Dalam perencanaan perjalanan, perencanaan perbekalan
merupakan salah satu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan :
Lamanya perjalanan yang akan dilakukan
Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
Keadaaan medan yang akan dihadapi (terjal, sering hujan,
dsb)
Sehubungan dengan keadaan diatas, ada beberapa syarat yang
harus diperhatikan dalam merencanakan perjalanan:
a. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi gizi yang
memadai.
b. Terlindung dari kerusakan, tahan lama, dan mudah
menanganinya.
c. Sebaiknya makanan yang siap saji atau tidak perlu dimasak
terlalu lama, irit air dan bahan bakar.
d. Ringan, mudah didapat
e. Murah
Untuk dapat merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai
dengan syarat-syarat diatas, kita dapat mengkajinya dengan langkah-langkah
berikut :Dengan informasi yang cukup lengkap, perkirakan kondisi medan,
aktifitas tubuh yang perlukan, dan lamanya waktu. Perhitungkan jumlah kalori
yang diperlukan.Susun daftar makanan yang memenuhi syarat diatas, kemudian
kelompokan menurut komposisi dominan. Hidrat arang, ptotein, lemak, hitung
masing-masing kalori totalnya (setelah siap dimakan).Perhitungan untuk vitamin
dan mineral dapat dilakukan terakhir, dan apabila ada kekurangan dapat ditambah
tablet vitamin dan mineral secukupnya.
Catatan :
Kandungan kalori :
- hidrat arang 4 kal/gr
- lemak 9 kal/gr
- protein 4 kal/gr
Kalori paling cepat didapat dari :
1. Hidrat arang
2. lemak
3. protein
Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan (sekitar 45 kg)
1 Metabolisme basal 1100 kalori
2 Aktifitas tubuh :
Jalan Kaki 2 mil/jam 45 kal/jam
3 mil/jam 90 kal/jam
4 mil/jam 160 kal/jam
Memotong kayu/tebas
260 kal/jam
Makan
20 kal/jam
Duduk (diam) 20 kal/jam
Bongkar pasang ransel, buat camp
50 kal/jam
Menggigil
220 kal/jam
3 Aktifitas dinamis khusus = 6 - 8 % dari 1 dan 2
4 Total kalori yang dibutuhkan = 1 + 2 + 3
Jenis Bahan Makanan dan Macam Makanan
Sumber kalori dari hidrat arang tiap 100 gram
Beras giling 360 kal Nasi 178 kal
Havermout 390 kal Kentang 90 kal
Singkong 140 kal Macaroni 363 kal
Maizena 343 kal Roti 248 kal
Tape singkong 173 kal Gaplek 363 kal
Biskuit 458 kal Sagu 353 kal
Terigu 365 kal Ubi 123 kal
Gula pasir 364 kal Gula aren 368 kal
Madu 294 kal Coklat pahit 504 kal
Coklat manis 472 kal Coklat susu 381 kal
Sumber Protein (tiap 100 gram)
Tempe 119 kla
Kacang tanah rebus dengan kulit 360 kal
Telur ayam 162 kal
Telur bebek 189 kal
Sumber protein dan lemak (tiap 100 gram)
Corned 241 kal
Daging asap 191 kal
Dendeng 433 kal
Sardens 338 kal
Menu makanan satu hari :
Mie 1.5 gelas 335 kal
Susu kental manis ½ gelas 336 kal
Dodol ½ ons 200 kal
Coklat 1 ons 472 kal
Nasi 2 ons 360 kal
Roti 1 ons 248 kal
Biscuit 1 ons 458 kal
Corned ½ ons 120 kal
Dendeng 1 ons 433 kal
TOTAL 2962 kal “
Bila engkau tidak dapat menjadi beringin yang tegak diatas
puncak bukit, maka jadilah saja rumput, tetapi rumput yang tumbuh memperkuat
tanggul. Bila engkau tidak bisa menjadi jalan besar, maka jadilah saja jalan
setapak, tetapi jalan setapak yang menuju ke mata air. Tidak semuanya dapat
menjadi nahkoda, tentu harus ada kelasi. Sebaik-baiknya engkau adalah menjadi
dirimu sendiri.”
Perjalanan ke alam terbuka pasti mengandung resiko. Tiap
perjalanan memiliki tingkat resiko dan bahaya yang bervariasi.bahaya dan resiko
tersebut dapat jauh diminimalisir dengan berbagai persiapan. Persiapan umum
yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
1.Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta,
altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau
kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan
melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak
ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2.Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah
seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
3.Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket
anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering
dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan
baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4.Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan
logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring
serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5.Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan
obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
6.Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok
pencinta alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau
universitas-universitas.
7.Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan
perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan.
Petualangan adalah sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak
pasti mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas karena
suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat bertualang adalah rasa
takut menghadapi bahaya secara fisik atau psikologis. Tanpa adanya rasa takut
maka tidak ada petualangan karena tidak ada pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi, tidak menghalangi para
pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena Zuckerma menyatakan bahwa para
pendaki gunung memiliki kecenderungan sensation seeking [pemburuan sensasi]
tinggi. Para sensation seeker menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau
harga dari sesuatu yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri.
Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan tersebut
membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan
individu tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif.
Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan pengalaman,
yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung, atau gagal mendaki
gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang tinggi rendahnya
self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para pendaki dalam mendaki
gunung.
Fenomena yang terjadi adalah apakah mendaki gunung bagi para
pendaki merupakan sensation seeking untuk meningkatkan self-esteem mereka?
Selanjutnya, sensation seeking bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki
hubungan dengan self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami
para pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan
mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
•Kesiapan mental. Mental amat berpengaruh, karena jika
mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi
sebaliknya.
•Kesiapan fisik. Beberapa latihan fisik yang perlu kita
lakukan, misalnya : Stretching /perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan
aktifitas olahraga, lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih
kelenturannya]. Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan
kemampuan kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu
sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up Lakukan
sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi sebelumnya.
•Kesiapan administrasi. Mempersiapkan seluruh prosedur yang
dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
•Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan
minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat,
survival serta EMC [emergency medical care] praktis.
Mengenal Jenis Gunung dan Grade Pendakian
Pada garis besar gunung terbagi menjadi 2, yaitu gunung
berapi/aktif dan tidak aktif. Berdasar bentuknya dibagi menjadi :
1.Gunung berapi perisai (Gunung berapi lava) == seperti
perisai
2.Gunung berapi strato
3.Gunung berapi maar == Gunung berapi yang meletus sekali
dan segala aktivitas vulkanisme terhenti, yang tinggal hanya kawahnya saja.
Macam dan tingkat pendakian gunung macam pendakian, yaitu
pendakian gunung bersalju (es) dan gunung batu. Keduanya mambutuhkan persiapan
dan perlengkapan yang matang. Menurut Club "Mountaineers", Seatle
Washington, dasar pembagian tingkat pendakian ada dua cara.
1. Berdasar penggunaan alat teknis yang dipakai ( class)
•class 1 ; lintas alam tanpa bantuan tangan
•class 2 ; dibutuhkan bantuan tangan
•class 3 ; pendakian yang mudah memerlukan kaki dan tangan
dalam mendaki, tali mungkin dibutuhkan oleh pemula
•class 4 ; pendakian memerlukan tali pengaman
•class 5 ; dibutuhkan tali dan pengaman peralatan lain
seperti : piton, runner, chocks dll
•class 6 ; mandaki dengan tali dengan peralatan bantuan
sepenuhnya berpijak
diatas paku tebing, memenjat rantai sling atau mengunakan
stirupss Pendakian claass 4 masuk dalam katagori scrembling [Mendaki dengan
cara mempergunakan badan sebagai keseimbangan serta tangan untuk berpegangan
dengan medan yang miring sampai 45 derajat] dan class 5 - 6 sudah dapat dikatagorikan
sebagai climbing [panjat]. Dimana class 5 merupakan free-climbing [Pemanjatan
dengan tanpa menggunakan alat tehnis untuk menambah ketinggian, alat hanya
sebagai pengaman saja ] dan class 6 adalah artificial climbing [Pemanjatan
dengan menggunakan alat tehnis sebagai pembantu menambah ketinggian, misalnya
dipijak atau disentak dan dipegang ]. Apa bila dilakukan di gunung batu / cadas
disebut rock climbing dan bila dilakukan di gunung es disebut dengan snow and
ice climbing .
2. Berdasar lama waktu akibat sukarnya pendakian dalam medan
pendakian (grade)
•grade I, bagian yang sukar dapat ditempuh dalam beberapa
jam
•grade II, bagian yang sukar ditempuh dalam setengah hari
•grade III, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh
•grade IV, bagian yang sukar ditempuh dalam sehari penuh dan
memerlukan bantuan lereng-lereng sempit untuk bisa naik
•grade V, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 1,5-2,5
hari
•grade VI, bagian yang sukar ditempuh dalam waktu 2 hari
atau lebih dan dengan banyak sekali kesulitan
3. Berdasarkan tingkat keamanan pemanjat dari kemampuan alat
yang digunakan
•A1 ;aman sekali, peralatan yang dipasang dan digunakan
dapat diandalkan untuk menjaga keselamatan pendaki
•A2 ;aman, jikapun terjadi masalah, alat masih dapat
diandalkan untuk mencegah akibat yang lebih fatal [misalnya jatuh tidak sampai
kedasar]
•A3 ;penggunan alat pengaman cukup aman tetapi tidak dapat
diandalkan untuk menjaga resiko jatuh, kecuali dengan pemasangan yang sangat
teliti dan fall-faktor yang tidak terlalu berbeban tinggi. Bila fall faktor
tinggi, maka alat-alat akan copot dan pendaki bisa menerima akibat fatal
•A4 ;pengaman yang digunakan tidak dapat diharapkan untuk
dapat menahan beban jatuh, cenderung hanya sebagai pengaman psykologis untuk
menguatkan mental pendaki
4. Berdasarkan tingkat kesulitan [difficult] medan pendakian
Tingkatan pedakian dengan dasar perhitungan ini bisa disebut
juga dengan Yossemite Decimal System [YDS]. Pang-katagorian berasal dari USA
dan saat ini banyak di gunakan untuk menentukan grade kesulitan panjat tebing.
Oleh karena itu YDS dimulai dengan grade 5 dan seterusnya. Pengkatagorian
demikian biasanya digunakan untuk jenis pendakian free-climbing atau
free-soloing [Memanjat sendiri tanpa alat bantu dan pengaman apapun, biasanya
pada jalur pendek]
Anehnya YDS sendiri menyalahi kaidah matematis penghitungan
decimal, dimana misalnya suatu jalur mempunyai ketinggian 5,9 [lima point
sembilan] lalu grade selanjutnya menjadi 5.10 [lima point sepuluh].
Peng-angka-an ini menjadi “aneh” akibat grade 5.9 lebih rendah dibanding dengan
5.10, padahal dalam matematika sebaliknya.
YDS sendiri diawali dengan grade 5.8 atau 5.9, selanjutnya
5.10, 5.11, 5.12, 5.13 dan 5.14. Sampai saat ini tidak ada grade melebihi 5.14.
Perkembangan keanehan peng-angka-an decimal ini menurut
beberapa diskusi pegiatan pendakian dan panjat tebing akibat keselahan
memprediksikan kemampuan pendakian pada saat system YDS dipublikasikan. Dimana
pada saat itu diperkirakan kemampuan pendakian / panjat hanya sampai grade 5.9.
Padahal dalam kemudian berkembangan kemampuan pendakian / pemanjatan yang lebih
mutakhir dan luar bisa.
Bahkan saking sulitnya menentukan dengan hanya angka-angka
decimal yang terbatas,
seiring dengan banyaknya jalur pendakian/pemanjatan yang
dibuat oleh kalangan pemanjat, maka grade decimalpun ditambahkan dibelangkannya
dengan alfhabet.
Contoh; 5.12a, 5.13 d atau 5.14 c
Memang sampai saat sekarang barangkali hanya ada beberapa
jalur yang dibuat manusia dengan grade 5.14, itupun terbatas pada jalur-jalur
pendek.
Secara umum grading dengan YDS dapat dijelaskan sebagai
berikut :
•5.8 ; jalur yang ditempuh mudah, grip [pegangan] sangat
bisa digunakan oleh bagian tubuh yang ada untuk menambah ketinggian
•5.9 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1
mencari
•5.10 ; jalur yang ditempuh dengan metode 3 bertahan 1
mencari, hanya saja perlu keseimbangan [balance] yang baik
•5.11 ; dapat bertahan pada 2 atau 3 grip dengan satu
diantaranya sangat minim dan perlu keseimbangan. Jalur hang hampir bisa
dipastikan memiliki grade demikian.
•5.12 ; terdapat 2 dari 2 kaki dan 2 tangan yang dapat
digunakan untuk menambah ketinggian. Dengan kondisi grip yang kecil di satu
bagiannya atau paling tidak sama
•5.13 ; hanya 1 dari diantara 2 kaki dan 2 tangan yang dapat
digunakan untuk menambah ketinggian, itupun dengan grip yang sangat minim.
•5.14 ; “mulus seperti kaca”, tidak mungkin terpikirkan
untuk dapat dibuat jalur pendakian/pemanjatan Makanan (logistik)
Makanan yang dibawa seharusnya dapat memenuhi kebutuhan
energi pendaki, selama pendakian seserorang membutuhkan sitar 5.000 kalori dan
100 gram protein, kalori dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi nasi. Namun ada
baiknya hanya memakan nasi satu kali sehari di kala malam (saat berkemah)
alasayanya beras realtif berat dan memerluakan waktu yang lama untu memasak
serta menghabiskan banyak bahan bakar. Fungsi beras dapat diganti dengan roti,
biskuit, coklat, dan hevermit.
Hal yang perlu diperjatikan hindari mengkonsumsi makanan
yang harus dimasak lebih dahulu selama mendaki, karena hal ini hanya akan
merepotkan dan menghabiskan waktu perjalanan. Pilihlah makanan praktis seperti
coklat, roti, agar-agar, buah-buahan, dapat juga dibuat mixfood yang terdiri
atas kacang, coklat, biskuit dan kismis.
Umumnya makanan yang paling praktis dibawa adalah makanan
instan yang memiliki kemasan, buanglah kemasan karton sebelum dimasukan dalam
ransel dengan demikian berat ransel dapat berkurang dan makanan yang dibawapun
tidak banyak memakan tempat didalam ransel.
Peralatan lain
Selain peralatan dan sejumlah perlengkapan, jangan lupa
membawa perlengkapan kecil yang terdanag dirasa sepele, namun amat penting.
Perlengkapan itu berupa obat-obatan seperti pelester, obat merah, tisu basah
dan kering, senter, benang, jarum jahit, jam dan alat tulis. Peralatan itu
terkandang dibutuhkan dalam keadaan darurat atau menjaga tubuh tetap bersih.
Hal terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah jangan lupa
membawa tas / kantong plastik, tas plastik tersebut dibutuhkan untuk menaruh
barang-barang yang kotor dan basah sebelum dicuci dan tas plastik juga berfungsi
untuk membawa kembali sampah-sampah pendakian, sampah-sampah sisa makanan atau
berkemah, janganlah dibuang begitu saja di alam terbuka. Selain megotori,
membuang sampah dapat menyulitkan usaha pencarian dan pertolongan bagi pendaki
yang tersesat atau mengalami kecelakaan, kerap kali usaha pencarian oarang
tersesat terbantu dengan petunjuk dari barang-barang yang tercecer.
Jenis-Jenis Pendakian / Perjalanan
Olah raga mendaki gunung sebenarnya mempunyai tingkat dan
kualifikasinya. Seperti yang sering kita kenal dengan istilah mountaineering
atau istilah serupa lainnya. Menurut bentuk dan jenis medan yang dihadapi,
mountaineering dapat dibagi sebagai berikut :
1. Hill Walking / Feel Walking
•Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relatif landai. Tidak
membutuhkan peralatan teknis pendakian. Perjalanan ini dapat memakan waktu
sampai beberapa hari. Contohnya perjalanan ke Gunung Gede atau Ceremai.
2. Scarmbling
•Pendakian setahap demi setahap pada suatu permukaan yang
tidak begitu terjal. Tangan kadang-kadang dipergunakan hanya untuk
keseimbangan. Contohnya : pendakian di sekitar puncak Gunung Gede Jalur
Cibodas.
3. Climbing
•Dikenal sebagai suatu perjalanan pendek, yang umumnya tidak
memakan waktu lebih dari 1 hari,hanya rekreasi ataupun beberapa pendakian
gunung yang praktis. Kegiatan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik
mendaki dan penguasaan pemakaian peralatan.
Bentuk climbing ada 2 macam :
a. Rock Climbing- pendakian pada tebing-tebing batau atau
dinding karang. Jenis pendakian ini yang umumnya ada di daerah tropis.
b. Snow and Ice Climbing- Pendakian pada es dan salju. Pada
pendakian ini, peralatan-peralatan khusus sangat diperlukan, seperti ice axe,
ice screw, crampton, dll.